Rabu, 27 Juni 2012

Cahaya Bulan


Akhirnya semua akab tiba passa suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih sambut dahulu memintaku minum susu
Sambil membenarkan letak leher kemejaku

Kabut tipispun turun pelan-pelan di lembah kasih
Lembah mandalawawi
Kau dan aku tegak berdiri melihat hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin

Apaku kau masih membelaiku semesrah dahulu
Ketika kudekap, kau dekaplah lebih mesrah
Lebih dekat

Apakau masih akan berkata
Kudengar detak jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam cinta

Cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan
Yang takkan pernah aku tahu dimana jawaban itu
Bagai letusan merapi bangunkanku dari mimpi
Sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hasiti
By Nicolas Saputra

1 komentar: